Menteri Luar Negeri AS memperingatkan Iran untuk tidak menutup Selat Hormuz. Menanggapi ancaman Iran untuk menutup "nadi minyak" Selat Hormuz, Menteri Luar Negeri AS Rubio mengatakan: "Jika Iran memblokir Selat Hormuz, itu akan menjadi kesalahan besar lainnya, jika mereka melakukannya, itu sama dengan bunuh diri ekonomi bagi mereka. Dan AS akan mempertahankan semua opsi untuk menangani masalah ini."

Jika Iran memblokir Selat Hormuz, akibatnya akan sangat parah, 20% dari pengangkutan minyak global akan terpengaruh, harga minyak akan melambung, resesi ekonomi dapat terjadi, dan bahkan dapat memicu konflik militer regional atau bahkan perang total.
Selat Hormuz terletak antara Iran dan Oman, meskipun sempit tetapi setiap hari 20% dari minyak dunia melewati sana, merupakan arteri bahan bakar dunia, dan dalam sejarah tidak pernah sepenuhnya ditutup. Hanya selama perang Iran-Irak pernah ada situasi pemblokiran sebagian atau ancaman pemblokiran.
Antara tahun 1984 hingga 1988, Iran dan Irak melakukan "perang tanker" di dekat Selat Hormuz, di mana kedua belah pihak menyerang tanker minyak satu sama lain dan menempatkan ranjau laut, mengakibatkan beberapa tanker mengalami kerusakan dan pengiriman terganggu secara serius. Meskipun tindakan tersebut tidak sepenuhnya memblokir selat, namun meningkatkan risiko dan biaya pengiriman minyak.
Sejak abad ke-21, Iran telah beberapa kali secara terbuka mengancam akan memblokir Selat Hormuz, misalnya pada puncak krisis nuklir Iran pada tahun 2008, selama sanksi minyak yang diperluas oleh AS dan Eropa pada tahun 2011, dan ketika Amerika Serikat keluar dari kesepakatan nuklir Iran pada tahun 2017. Namun, ancaman-ancaman ini tidak pernah terwujud dalam tindakan pemblokiran yang sebenarnya.
Jika Iran benar-benar memblokade Selat Hormuz secara total kali ini, mungkin harga minyak kita akan naik lagi!